Ketika zaman bujang atau ketika melalui zaman pengajian, berkecimpung di bidang da’wah sebenarnya masih ringan. Waktu itu kita belum dibebani tanggungan keluarga, masih belum diharuskan mencari rezeki, dan masih mudah melangkah di jalan da’wah tanpa ada ikatan dan tekanan atau gangguan. Setiap program usrah dan tarbiyyah jarang kita lepaskan. Akan tetapi apabila kita telah lulus dari sekolah atau pusat Pengajian Tinggi dan terikat dengan suatu pekerjaan atau menjawat suatu jawatan, mulailah merasakan adanya ikatan dan kewajipan-kewajipan tertentu pada jawatan yang harus dijaga. Kemungkinan perasaan seperti itu mendorong seseorang daei itu untuk membatasi kegiatan da’wahnya dan mengurangi jihadnya, memperlambat kegiatan dan langkahnya di jalan da’wah. Dan ada kalanya, bahkan langsung berhenti di tengah jalan dan tidak mahu meneruskan perjalanannya di bidang da’wah.
Sesungguhnya, di sinilah pentingnya iman dalam perjuangan ini. Iman yang perlu digilap setiap masa. Jika tidak mempunyai iman yang teguh, aqidah yang mantap dan tekad yang kukuh, pastilah kita tidak akan mampu melintasi rintangan dan halangan itu. Kekuatan imanlah yang akan memudahkan kita meneruskan perjalanan da’wah Islam ini dengan penuh keyakinan bahwa Allah SWT yang menjamin rezeki kepada hambaNya. Jawatan dan pekerjaan itu hanyalah satu alat untuk dipergunakan dalam mencapai dan merealisasikan cita-cita di dunia ini untuk mencapai keredhaan Allah SWT. Oleh kerana itu wasilah (alat) yang tertentu tidak boleh diubah menjadi rintangan yang menghalangi untuk mencapai tujuan dakwah yang murni itu.
“Katakanlah: Jika bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah kamu cintai lebih dari Allah dan Rasul-Nya dan (dari) bejihad di jalan-Nya, maka tunggulah sumpai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq.” (AtTaubah: 24)
“Katakanlah:”Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan sekelian alam.” (Al-An’aam:162)
Sedarlah, sesungguhnya diri kita, usaha dan jawatan yang disandang semuanya milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya. Ia dipinjamkan kepada kita sebagai modal untuk kita laburkan. Keuntungan daripadanya itulah yang akan kita nikmati. Maka beruntunglah mereka yang menjadikan jawatan yang dibanggakan itu hanya sebagai alat untuk mencapai cita-cita dakwah yang murni.
No comments:
Post a Comment